Udah gak usah lama-lama.
Check It Out !
- Tanaman adalah penyerap zat hara dalam tanah, dengan bantuan sinar matahari, zat hara di dalam tanah dan ditambah dengan CO2 dari udara dan diubahmenjadi senyawa komplek untuk membentuk batang, daun dan buah pada tanaman.Tanaman yang saya ambil contoh disini adalah tanaman padi. Padi atau beras akan dipanen dan dibawa ketempat lain, sedangkan jerami hasil sisa panen umumnya dibakar. Unsur hara dan bahan organik semakin lama akan semakin habis. Selama ini unsur hara lebih banyak dipenuhi dengan menambahkan pupuk-pupuk kimia an-organik. Bahan-bahan organik yang ada di dalam tanah tidak mendapat perhatian dan kandungannya di dalam tanah semakin menipis.
Gambar 1. Gambar Jerami sisa panen. :)
- Jerami yang dihasilkan dari sisa-sisa panen sebaiknya jangan dibakar, tetapi diolah menjadi kompos dan dikembalikan lagi ke tanah. Kompos jerami ini secara bertahap dapat menambah kandungan bahan organik tanah, dan lambat laun akan mengembalikan kesuburan tanah. Kompos selain dibuat dari jerami dapat juga dibuat dari seresah atau sisa-sisa tanaman lain. Rumput-rumputan, sisa-sisa daun dan batang pisang, atan daun-daun tanaman dapat juga dibuat kompos. Pada prinsipnya semua limbah organik dapat dijadikan kompos. Batang kayu, bamboo, ranting-ranting pohon, atau tulang juga termasuk bahan organik tetapi sebaiknya tidak ikut dikomposkan dengan jerami. Limbah-limbah ini termasuk limbah organik keras. Meskinpun dapat juga dibuat kompos, namun bahan-bahan ini memerlukan waktu yang lama untuk terdekomposisi.
- WAKTU PENGOMPOSAN
- KEUNGGULAN CARA INI
Murah. Biaya pembuatannya sangat murah. Bahan-bahan dan alat pendukung lainnya pun bisa menggunakan bahan lain yang lebih murah, jika ada.
Manfaat. Kompos ini tiak diragukan lagi memiliki banyak manfaat. Insya Allah.
- LOKASI PENGOMPOSAN
- PERALATAN YANG DIBUTUHKAN
Peralatan yang dibutukan antara lain:
1. Sabit/parang
2. Cetakan yang dibuat dari bambo. Cetakan ini dibuat seperti pagar yang terdiri dari 4 bagian. Dua bagian berukuran 2 x 1 m dan dua bagian yang lain berukuran 1 x 1 m.
3. Ember/bak untuk tempat air.
4. Air yang cukup untuk membasahi jerami.
5. Aktivator pengomposan (Acticomp atau Promi).
6. Ember untuk menyiramkan aktivator.
7. Tali.
8. Plastik penutup. Plastik ini bisa dibuat dari plastik mulsa berwarna hitam (ukuran leber 1 m) yang dibelah sehingga lebernya menjadi 2 m.
2. Siapkan cetakan dari bambo. Pasang cetakan tersebut. Sesuaikan ukuran cetakan dengan jerami dan seresah yang tersedia. Apabila jerami cukup banyak cetakan dapat berukuran 2 x 1 x 1 m. Namun bila jerami sedikit cetakan bisa dibuat lebih kecil dari ukuran tersebut.
3. Masukkan satu lapis jermai ke dalam cetakan. Jika tersedia dapat dimasukkan pula kotoran ternak. Jerami atau seresah yang berukuran besar dipotong-potong terlebih dahulu dengan parang.
4. Siramkan aktivator yang telah disiapkan merata dipermukaan jerami.
5. Injak-injak agar jerami padat.
6. Tambahkan lagi satu lapis jerami/sereah.
7. Siramkan kembali aktivator ke tumpukan jerami tersebut dan jangan lupa injak-injak agar tumpukan menjadi padat.
8. Ulangi langkah-langkah diatas hingga cetakan penuh atau seluruh jerami/seresah telah dimasukkan ke dalam cetakan.
9. Setelah cetakan penuh, buka tali pengikatnya dan lepaskan cetakannya.
10. Tutup tumpukan jerami tersebut dengan plastik yang telah disiapkan.
11. Ikat plastik dengan tali plastic agar tidak mudah lepas.
12. Kalau perlu bagian atas jerami diberi batu atau pemberat lain agar plastic tidak tebuka karena angin.
13. Lakukan pengamatan suhu, penyusutan volume, dan perubahan warna tumpukan jerami.
14. Inkubasi/fermentasi tumpukan jerami tersebut hingga kurang lebih satu bulan.
Saya ingin menekankan masalah pengomposan ini, karena hampir selalu ditemui pada teman-teman yang baru pertama kali mengomposkan jerami, yaitu:
a. KURANG AIR.Kompos jerami biasanya kurang air pada bagian tengahnya.Oleh karena itu sangat saya sarankan untuk selalu memeriksa kompos pada minggu pertama.Periksa sampai bagian dalam, kalau kering. Tambahkan air secukupnya, kemudian kompos ditutup kembali.
Jika setelah dua atau tiga hari tidak terjadi peningkatan suhu, atau tidak terjadi penyusutan volume selama proses fermentasi kemungkinan proses penguraian mengalami hambatan. Proses penguraian berjalan lambat atau bahkan tidak berlangsung sama sekali. Jika hal ini terjadi maka diperlukan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan ini. Buka plastic penutup. bongkar dan amati tumpukan jerami tersebut. Apakah tumpukan tersebut kering atau ada bagian-bagian yang kering? Apakah tumpukan jerami tersebut terlalu basah? Apakah muncul bau yang kurang sedap? Apakah tumpukan jerami tersebut dingin atau panas? Apabila tumpukan jerami kering, tambahkan air secukupnya. Kalo perlu lakukan pembalikan. Apabila jerami terlalu basah dan muncul bau tidak sedap, lakukan pembalikan dan jika perlu tambahkan bilah-bilah bambo yang diberi lubang untuk menambah aerasi.
Kompos yang telah cukup matang ditandai dengan adanya perubahan fisik jerami. Perubahan itu antara lain:
a. Jerami berwarna coklat kehitam-hitaman,
1. Sabit/parang
2. Cetakan yang dibuat dari bambo. Cetakan ini dibuat seperti pagar yang terdiri dari 4 bagian. Dua bagian berukuran 2 x 1 m dan dua bagian yang lain berukuran 1 x 1 m.
3. Ember/bak untuk tempat air.
4. Air yang cukup untuk membasahi jerami.
5. Aktivator pengomposan (Acticomp atau Promi).
6. Ember untuk menyiramkan aktivator.
7. Tali.
8. Plastik penutup. Plastik ini bisa dibuat dari plastik mulsa berwarna hitam (ukuran leber 1 m) yang dibelah sehingga lebernya menjadi 2 m.
- TAHAPAN PEMBUATAN KOMPOS JERAMI
Gambar 1. Pengisian bak dengan air untuk persiapan pengomposan.
Gambar 2. Memasukkan aktifator secukupnya sesuai dengan dosis.
Gambar 3. Aduk aktifator hingga tercampur merata dengan air.
2. Siapkan cetakan dari bambo. Pasang cetakan tersebut. Sesuaikan ukuran cetakan dengan jerami dan seresah yang tersedia. Apabila jerami cukup banyak cetakan dapat berukuran 2 x 1 x 1 m. Namun bila jerami sedikit cetakan bisa dibuat lebih kecil dari ukuran tersebut.
Gambar 4. Menyiapkan cetakan kompos yang terbuat dari bambu.
3. Masukkan satu lapis jermai ke dalam cetakan. Jika tersedia dapat dimasukkan pula kotoran ternak. Jerami atau seresah yang berukuran besar dipotong-potong terlebih dahulu dengan parang.
Gambar 5. Memasukkan jerami yang akan dibuat kompos ke dalam cetakan bambu.
4. Siramkan aktivator yang telah disiapkan merata dipermukaan jerami.
Gambar 6. Siram lapisa jerami yang sudah ditata di dalam cetakan dengan aktifator yang sudah dicampur dengan air.
5. Injak-injak agar jerami padat.
Gambar 7. Setiap lapis tumpukan jerami diinjak agar padat.
6. Tambahkan lagi satu lapis jerami/sereah.
7. Siramkan kembali aktivator ke tumpukan jerami tersebut dan jangan lupa injak-injak agar tumpukan menjadi padat.
8. Ulangi langkah-langkah diatas hingga cetakan penuh atau seluruh jerami/seresah telah dimasukkan ke dalam cetakan.
9. Setelah cetakan penuh, buka tali pengikatnya dan lepaskan cetakannya.
Gambar 8. tumpukan jerami yang siap ditutup dengan plastik.
10. Tutup tumpukan jerami tersebut dengan plastik yang telah disiapkan.
Gambar 9. Tumpukan jerami ditutup dengan plastik.
11. Ikat plastik dengan tali plastic agar tidak mudah lepas.
12. Kalau perlu bagian atas jerami diberi batu atau pemberat lain agar plastic tidak tebuka karena angin.
13. Lakukan pengamatan suhu, penyusutan volume, dan perubahan warna tumpukan jerami.
14. Inkubasi/fermentasi tumpukan jerami tersebut hingga kurang lebih satu bulan.
Gambar 10. Tumpukan jerami yang sudah dibungkus, diinkubasi selama 1 bulan.
- PENGAMATAN SELAMA FERMENTASI
Gambar 11. Tumpukan jerami akan mengalami penyusutan selama proses fermentasi.
- MENGATASI MASALAH YANG TERJADI SELAMA FERMENTASI
Saya ingin menekankan masalah pengomposan ini, karena hampir selalu ditemui pada teman-teman yang baru pertama kali mengomposkan jerami, yaitu:
a. KURANG AIR.Kompos jerami biasanya kurang air pada bagian tengahnya.Oleh karena itu sangat saya sarankan untuk selalu memeriksa kompos pada minggu pertama.Periksa sampai bagian dalam, kalau kering. Tambahkan air secukupnya, kemudian kompos ditutup kembali.
Jika setelah dua atau tiga hari tidak terjadi peningkatan suhu, atau tidak terjadi penyusutan volume selama proses fermentasi kemungkinan proses penguraian mengalami hambatan. Proses penguraian berjalan lambat atau bahkan tidak berlangsung sama sekali. Jika hal ini terjadi maka diperlukan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan ini. Buka plastic penutup. bongkar dan amati tumpukan jerami tersebut. Apakah tumpukan tersebut kering atau ada bagian-bagian yang kering? Apakah tumpukan jerami tersebut terlalu basah? Apakah muncul bau yang kurang sedap? Apakah tumpukan jerami tersebut dingin atau panas? Apabila tumpukan jerami kering, tambahkan air secukupnya. Kalo perlu lakukan pembalikan. Apabila jerami terlalu basah dan muncul bau tidak sedap, lakukan pembalikan dan jika perlu tambahkan bilah-bilah bambo yang diberi lubang untuk menambah aerasi.
- PANEN DAN APLIKASI KOMPOS JERAMI
Gambar 12. Kompos jerami yang sudah jadi berwarna kehitaman, lunak dan volumenya menyusust.
Kompos yang telah cukup matang ditandai dengan adanya perubahan fisik jerami. Perubahan itu antara lain:
a. Jerami berwarna coklat kehitam-hitaman,
b lunak dan mudah dihancurkan,
c suhu tumpukan sudah mendekati suhu awal pengomposan,
d tidak berbau menyengat, dan
e volume menyusut hingga setengahnya.
Kompos jerami yang sudah memiliki ciri-ciri demikian berarti sudah cukup matang dan siap diaplikasikan ke sawah. Kompos jerami diaplikasikan di tempat di mana jerami tersebut diambil.
c suhu tumpukan sudah mendekati suhu awal pengomposan,
d tidak berbau menyengat, dan
e volume menyusut hingga setengahnya.
Kompos jerami yang sudah memiliki ciri-ciri demikian berarti sudah cukup matang dan siap diaplikasikan ke sawah. Kompos jerami diaplikasikan di tempat di mana jerami tersebut diambil.
Gambar 13. Padi yang dipupuk dengan kompos, tumbuh lebih subur.
" SEKIAN KOMPOSTING dari saya, SEMOGA BERMANFAAT "
0 komentar:
Posting Komentar